Ibu Kost- pada akhir bulan hari kamis Jam setengah delapan malam aku
masuk rumah ibu kost, maksudnya untuk membayar uang kost bulanan. rumah
ibu kostku letaknya bersebelahan dengan rumah kost yang ku tempati.
setelah ku ketuk keluar sesosok wanita setengah baya yang sangat ku kenal, ibu Tamara, dialah ibu kostku selama satu tahun ini.
‘eh mas Boni, ayo masuk?’
Sebenarnya
aku agak risih di panggil mas oleh ibu Tamara, maklum usiaku baru 23
tahun sementara ibu Tamara sudah 45 tahun, setengah usia kami berbeda.
Tapi sudah lah dia memanggil aku mas boni, beginilah adanya.
‘makasih bu’ Aku pun masuk ke rumah ibu Tamara dan duduk di ruang tamu
‘mas boni, Ngobrolnya di dalam aja yah. ibu lagi ini nih…’ ibu ksot tidak melanjutkan ucapannya
Aku
kembali bangkit dari kursi tamu itu untuk mengikuti ke dalam, maksudnya
ruang tengah, ruang keluarga yang ada tv nya, ruang ini tidak asing
bagi ku atau anak-anak kost disana, karena kadang –kadang memang sering
juga juga nonton tv sambil bayar kost,atau keperluan lain.
Mataku sedikti nakal ketika aku berjalan di belakangnya melihat bokong ibu kost
Tamara yang tampak besar. Yang membuat aku ngeres berat adalah dengan
kain batik yang membungkus bokong itu. Sehingga nampak jelas gumpalan
bokong besar itu bergoyang-goyang kekiri dan kanan, dasar otak mupeng
pikirku, dengan wanita setengah baya atau tante-tante aku sudah berpikir
macam-macam tentang keindahan tubuh wanita. Ibu kost Tamara sendiri
memakai baju model wanita yang aku sendiri tidak tahu namanya.
‘ini bu, aku mau bayar kost’ to the point aku mengutarakan maksudku. Ketika bokongku sudah mendarat di sofa.
‘emang udah gajian mas’
‘udah bu hari ini’ kataku sambil meyodorkan beberapa lembar gocapan.
‘makasih yah mas boni’
‘harusnya saya yang makasih, udah boleh ngekost disini’
Kami berdua tersenyum.
‘oh iya ibu lupa belum buat minum, sebentar yah’
‘gak usah bu, saya gak lama kok’
‘ah biar aja’
Tanpa
mempedulikanlagi, ibu kost berjalan ke belakang. Sekali lagi aku lihat
bongkahan bokong indah menggumpal berbalut kain batik, plus cetakan
celana dalam terlihat dari keindahan bokong bahenol itu.
Sementara
ibu Tamara ke belakang, aku mengamati keadaan sekitar, ku lihat sebuah
botol body lotion tergeletak di karpet permadani di depan tv itu,
sementara aku duduk di sofa menghadap ke tv.
Ibu Tamara kembali menemui dengan segelasn teh manis. Dan meletakannya di meja, samping sofa tempat ku duduk.
‘sepi banget, pada kemana bu’ tanyaku.
Bu
kost Tamara mengatakan bahwa suaminya sedang mengikuti pengajian,
kegiatan rutin malam jumat yang di adakan oleh seorang syehk, katanya-
di pinggiran kota. Sementara dua anaknya santi dan yoga, sedang ke rumah
keponakannya/ sepupu anak-anaknya yang sedang mengadakan ulang tahun.
Kini aku jadi mengerti kenapa rumah itu sep-sepi saja.
Selesai
meletakan the manis, ibu Tamara tidak duduk di kursi, malah duduk di
karpet permadani di bawah.’ Maaf mas boni, Ibu duduk di bawah,’
O iya bu nggak apa-apa’
Kami pun mulai ngorbrol
Ku
lihat ibu Tamara mengambil body lotion yang tadi kulihat, menuangkan ke
telapak tangan, kemudian mengosok-gosokan ke betisnya.
Mataku mau
tidak mau menatap kegiatan bu Tamara itu, parahnya otakku ngeres kembali
dengan keindahan betisnya, ah, ternyata betis bu Tamara sangat indah.
Kemudian tangan bu Tamara mengurut lehernya sendiri
‘begini nih kalau
udah tua, salah tidur dikit aja pada sakit, kayak orang keseleo’
katanya sambil menjelaskan ketika bangun tidur siang tadi lehernya pada
sakit.
‘ah itu sih bukan urusan tua muda, saya juga sering salah tidur gitu’ aku meninpali.
‘’oh mas doni sering salah tidur juga’
‘bener bu, bahkan waktu itu sampai dua hari susah nengok, terpaksalah pergi ke tukang urut’
‘wah
kalau ibu udah lama gak di urut, yah sejak ma ijah meninggal, gak
pernah lagi diurut’ katanya sambil menjelaskan dulu ada tukang urut di
sekitar sini nama nya ma ijah.
‘o…’ aku menganguk
‘pengen di urut
sih, tapi disini gak ada tukang urut cewek, cak tarjo katanya pijatanya
bagus, tapi mana boleh ibu ngurut disana sama bapak’
Aku mengganguk dan maklum, aku juga gak bakal rela pacarku di pijat-pijat sama lelaki, bisa berabe.
‘aduh jadi pengen di pijit lagi nih ibu, sama sendiri gak berasa’ katanya ‘mas doni bisa tolong pijitin leher ibu gak’
Sebenarunya
aku mau saja, tapi karena mendengar ucapan ibu kost tadi tentang pijat
memijat, aku jadi tidak berani, aku mebolak halus.
‘ah ibu, nanti bapak tahu enggak enak’
‘Cuma leher doong kok’
‘tetap aja bu, disangkanya ngapa-ngapain’
‘’kan gak ketahuan, bapak kalau pulang jam dua belas lewat’ bu Tamara berdiri dan duduk di sampingku’
Tanpa menunggu persetujuan, Bu Tamara memberikan body lotion kepadaku. sebentar aja mas, leher ibu pegel, sakit’
Aku mengambil body lotion dan meuangkan telapak tanganku. Aku merubh posisi duduk kearah bu Tamara yang sudah membelakangkiku.
‘yang mana bu’
‘leher ibu mas’ jawan bu Tamara sambil tangannya mulai mengikat rambut panjangnya itu.
Oh
my god, leher bu Tamara begiru bersih bersinar. Cuma leher kontolku
jadi konak. Terlebih ketika tanganku mulai mengurut bergerak ke atas dan
kebawah di leher bu Tamara.
‘enak mas urutannya’
Semakin lama aku
semakin horny berat. Kontol semakin keras, konsentrasiku sedikit buyar,
bahkan tanganku bergerak memijat pundak bu Tamara.
‘ah, oya enak disitu, mas doni tau aja, pundak ibu pegel’
‘iya bu, saya kalo potong rambuat di tukang pangkas disini enak banget, bahakan saya minta di pijitin pundaknya agak lama’
‘enak sekali mas, mungkin karena ibu udah lama gak di pijit kali. Yah’
Jujur
saja, aku ingin sekali memijat bagian lain bu Tamara, paha, betis,
toket, apalagi bokong besarnya yang masih mengenakan kain batik.
‘ yang mana lagi bu’ aku memancing supaya bu Tamara minta di pijit bagian lain..
Bu Tamara mebalikan badannya hingga menhadapku. ;kepala ibu mas boni’
Aku
memijat kepala dan jidatnta, sesekali aku mataku melirik ke bawah,
sedikit belahan payudara terlihat ketika kulihat dari atas.
Bu Tamara merubah posisi duduknya, hingga sekarang ia besandar di sofa’
Egh…eghh
kudengar pelan dari mulut bu Tamara ketika aku kembali memijat pundak,
tapi dari arah depan. Aku semakin terangsang dengan suara itu, apalagi
ketika kulirik kebawah, sedikit tersibak kesamping kain batik yang
menutupi pahanya. Pemandangan serba tanggung ini membuatku blingsatan di
kontol. Ingin sekali aku ngentot memek bu Tamara, tapi aku harus sadar,
ini bukan memek garapanku yang sah.
‘udah yah bu,’ kataku takut lupa diri hingga memperkosa bu Tamara, selain itu juga aku ingin buru-buru onani dirumah.
‘capek yah mas’
‘gak sih bu, Cuma mau pulang aja, udah malam ’
Bu Tamara melirik jam dinding ‘jam sembilan juga belum, ntar aja dulu mas’
Entah
apa yang ada di pikiran bu Tamara, ia malah merapatkan tubuhnya ke
tubuhku.tangannya memijat pundaku, seolah bergantian ingin memijatku,
badanku di putar oleh bu Tamara hingga kini aku bersandar di sofa. Aku
diam saja, selain kontol yang semakin mengeras. Terranyata tak lama bu
Tamara memijat pundal, berpindah kedada, kemudian turun hingga langsung
meremas kontolku yang mengenakan celana pendek ¾.
‘bu…..’hanya itu yang keluar dari mulutku
Bu
Tamara mebuka resleting dan kancing celanaku, di keluarkan kontolku
yang mengeras, plus setetes cairan putih di lubang kontol.
‘ada yang keluar’
Sambil malu-malu aku menjawab’ iya bu, saya terangsang banget waktu mijat ibu tadi’
Tangan
bu Tamara me ngocok kontol ku naik turun, aku mengerang nikmat, tapi
aku cepat sadar ketika rasa takut menghantui, bagaimana tidak, malam
belum juga larur, pintu depan terbuka, bagaimana jika ada orang masuk
melihat pemandangan ibu kost mengocok kontolku.
Ibu Tamara
bangkit dari sofa, lalu tangannya bergerak melorotkan celana dalam dari
balik kain batik. Pemandangan sensual luar biasa. Meski tidak sampai aku
melihat memeknya, paha bu Tamara sudah membuat aku panas dingin.
‘ibu
pengen mas’ katanya ketika ia duduk di pagnkuanku. Rasa takut bercampur
rangsangan tingkat tingggi membuat dadaku berdebar kencang.
Bless….bles…..bles……kontolku di masuki memek bu Tamara.
‘aghh….aghhh……..agh…
bu Tamara mendesis. Bokong nya naik turun. Aku tidak tinggal diam.aku
meremas toket, tidak puas, aku mengangkat baju Tamara, dua buag
payudara besar dengan sedikti kendor terapit dib h hitam. Ku isap
putignya, sementara tanganmu meremas bokong yang tetapo di bungkus kain
batik.
Aghhh…..agh…..oghh………..
Aghh…oghh….eghhhh
Suara kami berdua beradu.
Lalu…
Agh….agh…..Agggggggggggggggggghhhhhhhhhh……………..ah..ah..ahh..
bu Tamara mengerang hebat. Lalu bibirbya melumat
bivirku….aghhhh/………agh……..
Bu Tamara orgasme……
‘ibu udah keluar sayang……..giliran mas boni yah…..’
‘Dari belakang yah bu..’
‘terserah mas boni aja’
Aku meminta bu Tamara nungging. Ke dua lututnya betumpu disofa, sementara tanganya berpegangany di sandaran sofa.
Di
lantai aku berdiri, celanaku sudah meloroh kelantai, hanya cd masih
menempel dip aha, aku tidak mau membuka semua nya, untuk menjaga jika
ada orang datang memanggil, bisa cepat-cepat mengenakan celana.
Sementara itu, aku tidak melepas kain batik ibu Tamara, karena
menurutuku sangat indah melihat wanita mengenakan kain batik di
bokongnya.
Bles…bles….bles….. aku masukan kontolku ke memeknya.
Oghhhh……aghhhhh…. Aku mengerang…. Begitu juga bu Tamara ia mengerang
ketika ku sodokan kontolku.aghhhh…..agh……oghh….ngentot ibu dogy style
sungguh nikmat, meski memeknya tidak sesempit memek pacarku, tapi bokong
berkain batik ini sangat menggairahkan. Selain itu kepala yang begerak
ke kiri dan kanan sangat menawan.
Bless…bles…..agh…………’ibu saya mau keluar…’
‘ayo…ayo….ogh……ibu juga…ogh…..….
Ogh ogh……….bu saya keluar….agh….aghh….saya keluar…….’ aku mengejang hebat,
Masih
merasakan sisa-sisa orgasme, tiba-tiba ibu Tamara juga mengerang.
Sambil kini bokongnya yang bergerak-gerak. Aku tahu dia sedang orgasme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar